Selasa, 17 Juli 2012

PAHLAWAN SEJATI TANPA KONTROVERSI, SAYANG DALAM HISTORIOGRAFI TERDISTORSI

Dia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX pahlawan republik sejati, nyaris tanpa kontroversi tetapi sayangnya dalam historiografi Indonesia modern perannya seperti terdistorsi. 


1. Segera setelah Proklamasi RI Sultan Hamengkubuwono IX mengirimkan amanat kepada Presiden RI yang menyatakan keinginan kerajaan Yogyakarta untuk mendukung pemerintahan RI dan memasukkan daerah kekuasaannya ke dalam wilayah RI. Amanat 5 September 1945 itu antara lain berbunyi bahwa Negari Yogyakarta Hadiningrat langsung di bawah Pemerintah Pusat Negara Republik Indonesia dan penguasa negari Yogyakarta langsung bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia. Hal ini jarang tertulis di buku2 sejarah, sehingga se-olah2 tanpa amanat Sultan HB IX Yogyakarta otomatis menjadi wilayah kekuasaan negara Republik Indonesia, padahal jika Sultan mengambil sikap lain maka jalan cerita sejarah republik ini akan lain juga.

2. Untuk menyelamatkan keberlangsungan pemerintahan RI yang didesak Belanda, Sri Sultan Hamengkubuwono IX mengundang pemerintah RI untuk memindahkan ibukota ke Yogyakarta. Permintaan Sultan ini bersambut hingga pada Januari 1946 ibukota pemerintah RI pindah ke Yogyakarta yang sekaligus menjadi pusat perjuangan mempertahankan kemerdekaan RI. Undangan Sultan Hamengkubuwono IX ini nyaris tidak tertulis dalam buku2 sejarah, se-olah2 perpindahan pusat pemerintahan republik ke Yogyakarta saat itu tanpa ada undangan dari Sultan Hamengkubuwono IX.

3. Berdasarkan dokumen-dokumen asli yang dimiliki Arsip Nasional RI jelas bahwa penggagas Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Sebuah dokumen hasil wawancara mendiang Raja Yogyakarta itu dengan Radio BBC London tahun 1980-an secara jelas mengatakan hal itu. Dari wawancara itu juga terungkap, peran mantan Presiden Soeharto yang ketika itu masih berpangkat Letnan Kolonel hanya sebatas sebagai pelaksana saja. Di buku2 sejarah tertulis bahwa penggagas Serangan Oemoem (SO) 1 Maret 1949 adalah Soeharto.

4. Sultan Hamengkubuwono IX lah selaku Menteri Pertahanan dan Keamanan RIS yang menyusun strategi dan memimpin operasi2 militer menumpas gerakan2 yang tetap ingin mempertahankan RIS di Sulawesi Selatan, Sumatra Timur dan Kalimantan Barat. Untuk hal ini dia mengalami percobaan pembunuhan oleh pendukung federalisme dibawah pimpinan Sultan Hamid II dan Westerling. Benteng ideologis negara kesatuan adalah Soekarno, dan benteng di lapangannya adalah Sultan Hamengkubuwono IX. Hal ini pun amat jarang dijumpai di buku2 sejarah Indonesia, terdistorsi menjadi unitarisme vs federalisme semata.
Betapa besar peranan Sultan Hamengkubuwono IX dalam menegakkan berdirinya republik ini sampai2 Moh. Roem menyatakan “apa yang terjadi dengan Republik jika tidak ada Hamengkubuwono IX?”. Sedangkan media2 Barat menuliskan bahwa Hamengkubuwono IX adalah orang kedua setelah Soekarno dan yang waktu itu diperkirakan akan menggantikan Soekarno. Ternyata yang kemudian menggantikan Soekarno tokoh lain. barangkali karena hal itulah yang kemudian menyebabkan perannya dalam cerita di buku2 sejarah Indonesia tidak begitu jelas dan tegas ditulis sebagaimana mestinya,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar